TRISTA

TRISTA

Selasa, 08 September 2015

Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga mebutuhkaan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatum W N, 2010).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Selain itu ASI juga muda dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan kecerdasan bayi/anak (Maryunani A, 2012).
Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Pada hari pertama pada kondisi normal produksi kolostrum sekitar 10-100 cc dan terus meningkat setiap hari sampai sekitar 150-300 ml/24 jam (Astutik R Y, 2014).
Perlu diketahui kolostrum tidak dapat di produksi secara sintetis. Menyusui atau tidak menyusui kolostrum tetap ada. Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Proverawati A dan Rahmawati E, 2010).
Adanya berbagai penyakit degeneratif (keturunan) dan infeksi yang menyerang manusia adalah disebabkan oleh lemahnya sistem imunitas tubuh. Penelitian secara medis menunjukan bahwa kolostrum mempunyai faktor imunitas yang kuat (immunoglobulin, lactoferin, lactalbumin, Glycoprotein, Cytokines dan lain-lain) yang membantu melawan virus, bakteri, jamur,alergi dan toksin (Proverawati A dan Rahmawati E, 2010).
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan bahwa masalah  ASI dianggap sebagai suatu hak asasi. Hak untuk hidup (kelangsungan hidup) dan mendapatkan makanan yang berstandar emas di mulai dari inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI setelah bayi 6 bulan, dan ASI sampai bayi berusia 2 tahun tidak hanya itu IMD juga dapat menurunkan 22% kematian bayi baru lahir dan menurunkan angka kematian ibu akibat pendarahan setelah melahirkan. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit kanker anak (leukimia), 16,7% kali lebih jarang pneumonia dan sekitar 47% lebih jarang menderita diare (Maryunani A, 2012).
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, bahwa cakupan ASI eksklusif (pemberian air susu ibu kepada bayi sampai dengan usia 4 bulan) di indonesia baru mencapai 52% dari yang ditetapkan sebesar 80% pada tahun 2015. Meskipun pencapaian tersebut lebih baik di Brazil bila dibandingkan dengan Cuba yang telah mencapai 72% pada tahun 1996 (Anik Maryunani, 2012). Sedangkan menurut SDKI tahun 2002-2003, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia empat bulan hanya 55% dan sampai usia 6 bulan sebesar 39,5%, padahal target indonesia sehat 2010 sebesar 80%, bayi diberi ASI eksklusif sampai 6 bulan (Maryunani A, 2012).
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes tahun 2003 menyatakan bahwa pemberian ASI pada 30 menit pertama bayi baru lahir hanya 8,3%, 4-36% pada satu jam pertama bayi baru lahir, 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama (Maryunani A, 2012)
pada puncak peringatan pekan ASI sedunia, di jakarta 8 agustus 2010, ibu negara menyebutkan laporan dari Menkes, bahwa kesadaran masyarakat memberikan ASI kepada bayinya menunjukan grafik yang meningkat. Sepanjang tahun 2004-2008, cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan meningkat dari 58,9% menjadi 62,2%. Namun setelah itu grafik tidak mengalami peningkatan, bahkan cenderung menurun (Maryunani A, 2012)
Kategori proses bayi mulai mendapat air susu ibu (ASI) menurut Riskedas 2013 adalah kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini/IMD),antara 1 sampai 6 jam, 7 sampai 23 jam, 24 sampai 47 jam dan sama dengan atau lebih dari 47 jam (profil kesehatan indonesia 2013). Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa presentase proses mendapat ASI kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) pada anak umur 0-23 bulan di indonesia pada tahun 2013 sebesar 34%. Presentase proses mulai mendapat ASI antar 1-6 jam sebesar 35,2%, presentase proses mulai mendapat ASI antara 7-23 jam sebesar 3,7%, sedangkan presentase proses mulai mendapat ASI antara 24-27 jam sebesar 13,0% dan presentase proses mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7% (profil kesehatan indonesia, 2013). Presentase proses mulai mendapat ASI kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 52,9% diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar 44,9% dan Sumatra Barat sebesar 44,2% (profil kesehatan indonesia, 2013). inisiasi menyusu dalam 1 hari pertama akan mengurangi kematian neonatus 22% (terlihat dari bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak kulit setidaknya 1 jam, sehingga 22% kematian bayi dapat diselamatkan) (Maryunani A, 2012).
presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah puskesmas se-kota makassar tahun 2013 sebesar 67,8% meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 36,8% (Profil Kesehatan Kota Makassar, 2013).
     Berdasarkan data di RSKDIA IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR  2012- 2013 jumlah bayi lahir sebanyak  8.090 bayi, tahun 2014 sebanyak 3.314 bayi sedangkan jumlah bayi yang menetek pada tahun 2012-2013 sebanyak 5.959 bayi,pada tahun 2014 sebanyak 2.484  dan dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti kepada 1 orang pasien post partum di RSKDIA Siti Fatimah makassar,di mana pasien tersebut tidak  memberikan kolostrumnya pada hari hari pertama setelah melahirkan tetapi membuangnya kemudian memberikan ASI pada bayinya setelah hari ketiga setelah melahirkan. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar”.
B.     Rumusan masalah
       Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran  Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di RSKDIA Siti Fatimah Kota Makassar”
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
 Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di RSKDIA Siti Fatimah tahun 2015.
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi Di RSKDIA pada tingkat pengetahuan baik.
b.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan  ibu menyusui tentang pentingnya pemberian  kolostum pada bayi Di RSKDIA Siti Fatmah makassar pada tingkat pengetahuan kurang.


D.    Manfaat peneliti
1.      Manfaat ilmiah
Sebagai salah satu pengalaman atau informasi sebagai tenaga bidan Di RSKDIA siti fatimah makassar khususnya tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
2.      Manfaat  institusi
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa D III kebidanan untuk penulisan proposal selanjutnya terutama tentang tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
3.      Manfaat peneliti
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas serta memberikan gambaran sedekat mungkin melalui pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar ahli madya kebidanan (Amd.Keb).






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan umum tentang neonatus
1.      Pengertian neonatus
Neonatus adalah orgasme pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal neonatal adalah 28 hari (Wahyuni S, 2013).
masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Sedangkan neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatum W N, 2010).
2.      Ciri-ciri  neonatus
Menurut  Dewi, V.N (2010) bahwa ciri-ciri neonatal atau bayi baru lahir  antara lain :
a.       Lahir aterm antara 37-42 minggu
b.      Berat badan 2.500-4.000
c.       Panjang badan 48-52 cm.
d.      Lingkar dada 30-38 cm.
e.       Lingkar kepala 33-35 cm.
f.       Lingkar lengan 11-12 cm.
g.      Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
h.      Pernapasan ± 40-60 x/menit
i.        Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j.        Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
k.      Kuku agak panjang dan lemas
l.        Nilai apgar >7
m.    Bayi lahir langsung menangis kuat
3.      Penatalaksanaan neonatus
Menurut  Wahyuni S (2013) penatalaksanaan neonatus atau biasa disebut juga dengan bayi baru lahir antara lain :
a.       Membersihkan jalan napas sekaligus menilai apgar menit pertama
b.      Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain halus
c.       Memotong dan mengikat tali pusat dengan memerhatikan teknik antiseptik sekaligus menjadi skor apgar pada menit kelima
d.      Mempertahankan suhu tubuh bayi
e.       Membersihkan badan bayi
f.       Memberi obat untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata
g.      Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi
h.      Memasang pakaian bayi
i.        Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin.

B.     Tinjaunan Umum Tentang Pengetahuan
1.      Pengertian pengetahuan
 Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan pengindraan terhadapa suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2.      Tingkat pengetahuan
Menurut Wawan A dan M Dewi (2011) pengtahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu :
a.       Tahu (know)
  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adlaaah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya (Wawan A dan M Dewi, 2011).
b.      Memahami (comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari (Wawan A dan M Dewi, 2011).
c.       Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Wawan A dan M Dewi, 2011).
d.      Analisis (Analysis)
     Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain (Wawan A dan M Dewi, 2011).
e.       Sintesis (syntesis)
     Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu, kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemaampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Wawan A dan M Dewi, 2011).
f.       Evaluasi (Evaluation)
     Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Wawan A dan M Dewi, 2011).
3.      Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari notoadmojo, 2003:11 dalam Wawan A dan M Dewi (2011) adalah sebagai berikut :
a.       Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1)      Cara coba salah (Trial and error)
Cara  ini telah  dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan mengunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2)      Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri (Wawan A dan M Dewi, 2011).
3)      Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun  dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu (Wawan A dan M Dewi, 2011).
b.      Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular  atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh francis bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan A dan M Dewi, 2011).
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a.       Faktor internal
1)      Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadapa perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2)      Pekerjaan
Menurut Thomas yang di kutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan A dan M Dewi, 2011).
3)      Umur
Menurut Elisabeth BH yang di kutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan A dan M Dewi, 2011).


b.      Faktor Eksternal
1.      Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan A  dan M Dewi, 2011).
2.      Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan A dan M Dewi, 2011).
5.      Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Wawan A dan M Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a.       Baik : hasil presentase 76%-100%
b.      Cukup : hasil presentase 56%-75
c.       Kurang : hasil presentase >56%



C.    Tinjauan Umum Tentang Pentingnya  Pemberian Kolostrum Pada Bayi
1.      Pengertian menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutirisi pada bayi (Mulyani N S, 2013).
2.      Manfaat Menyusui
a.       Bagi ibu
Menurut  Proverawati A dan Rahmawati E (2010)  bahwa keutungan bagi ibu menyusui antara lain adalah sebagai berikut :
1)      Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (bisa dipakai sebagai KB alami)
2)      Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses pemulihan rahim untuk persiapan kehamilan kembali
3)      Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula
4)      Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan
5)      Ibu dapat melakukan di mana saja, bahkan jika tidak ada air di sekitar
6)      Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu
b.      Bagi bayi
Menurut Atikah proverawati dan Eni rahmawati manfaat bagi bayi adalah antara lain sebagai berikut :
1)      Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi
2)      Membantu mengembangkan rahang dan  otot wajah dengan benar
3)      Mudah dicerna
4)      Meningkatkan barat badan bayi
5)      Benar-benar memberi gizi lengkap untuk tahun pertama kehidupan dan suplemen solids ke bayi
c.       Bagi negara
menurut  Muliyani N S (2013) bahwa maanfaat nagi negara antara lain :
1)      Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2)      Menghemat devisa negara
3)      Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
4)      Peningkatan kualitas generasi penerus
3.      Mekanisme menyusui
Menurut Nugroho T (2011) Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik,yang diperlukan untuk Berhasilnya menyusui seperti :
a.       Refleks mencari (Rooting reflekx)
Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi.


b.      Refleks mengisap (Sucking reflekx)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu.
c.       Refleks menelan (Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari puting susu,akan disusul dengan gerakan mengisap (teakanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi,sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan di teruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
4.      Cara menyusui yang benar
Menurut  Maryunani A (2012) bahwa ada beberapa cara menyusui yang baik dan benar, antara lain :
a.       Posisi  ibu santai (duduk/berbaring)
b.      Badan bayi menempel pada perut ibu
c.       Dagu bayi menempel pada payudara
d.      Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis
e.       Pegang bagian bawah payudara dengan 4 jari, ibu jari diletakan di bagian atas payudara
f.       Puting susu dan sebagian besar areola besar areola masuk ke mulut bayi
g.      Perhatikan kebersihan tangan dan puting susu.
h.      Perhatikan kebersihan tangan dan puting susu.
5.      ASI pertama (kolostrum)
a.       Pengertian kolostrum
      Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan (Maryunani A, 2012).
      Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu , kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa (Nugroho T, 2011).
      Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan (Maritalia D, 2012).
b.      Komposisi kolostrum
Menurut  Maritalia D  (2012) bahwa komposisi kolostrum antara lain :
Tabel 2.1 komposisi kolostrum
Kandungan
Kolostrum
Energi (Kg Kla)
57,0
Laktosa (gr/100 ml)
6,5
Lemak (gr/100 ml)
2,9
Protein (gr/100 ml)
1,195
Mineral (gr/100 ml)
0,3
Imunoglobulin :
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisosim (mg/100 ml)
Laktoferin

3335,9
5,9
17,1
14,2-16,4
420-520
c.       Manfaat kolostrum
Menurut  Kristiyanasari W, (2011) khasiat dari kolostrum antara lain :
1.   Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
2.   Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama glubulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3.   Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
d.      Refleks yang berperan dalam pembentukan kolostrum
Menurut Maryunani A (2012), ada 2 refleks yang berperan dalam pembentukan kolostrum atau air susu antara lain :
1.      Refleks prolaktin (produksi ASI)
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan penting untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masig tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susus dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
2.      Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari ispaan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu tang telah terbuat, keluar alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi (Maryunani A, 2012).



BAB III
KERANGKA KONSEP

A.    Dasar pemikiran variabel
Dasar dari teori penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi. Kita telah mengetahui bahwa Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri (Wawan A  dan M Dewi, 2011).
Kita telah mengetahui bahwa sangat banyak manfaat dari menyusui
yaitu antara lain manfaat bagi ibu, mungkin ibu tidak  menyadari bahwa ASI yang ibu berikan dengan cara menyusui bisa dipakai sebagai KB alami sedangkan bayi yang medapatkan ASI dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi (Proverawatu A dan Rahmawati E, 2010).
Sedangkan Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan. (Maryunani A, 2012). Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka peneliti ingin mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi sehingga dapat di gambarkan kerangka konsep sebagai berikut :
B.     Hubungan Antara Variabel
Pengetahuan ibu menyusui
Pemberian kolostrum pada bayi
 


Keterangan :
                                                            : garis penghubung
                                                            : variabel independen
                                                            : variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka konsep

C.    Identifikasi Variabel
a.       Variabel independen (Variabel bebas)
       Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel dalam mempengaruhi lain, variaebel ini punya nama lain seperti variabel prediktor, risiko atau kausa (Hidayat A A, 2014).
Dilihat pada hubungan antar variabel di atas, yang meliputi variabel independen yaitu pengetahuan ibu menyusui.


b.      Variabel Dependen (Variabel terikat)
       Variabel dependen ini merupakan yang dipengaruhi  atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel bebas ini bergantung pada variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome atau event (Hidayat A A, 2014).
Dilihat pada hubungan antar variabel di atas, yang meliputi variabel dependen yaitu pemberian kolostrum pada bayi.
D.    Definisi operasional dan kriteria objektif
        Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional didapatkan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sementara cara pengukuran merupakan cara yaitu variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. (Hidayat A A, 2014).
        Adapun definisi operasional dan kriteria objektif pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Pengetahuan
  Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau di pahami oleh ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi. Tingkat pengetahuan ini diketahui melalui jawaban yang dikemukakan oleh responden dengan cara pengisian kuesioner (Wawan A dan M Dewi, 2011).
b.      Pemberian kolostrum pada bayi
  Kolostrum adalaah kosentrasi tinggi karbohidrat, protein dan zat kebal tubuh. Zat kebal yang ada antara lain adalah : IgA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi baru lahir memang tidak mudah mencerna lemak (Proverawati A dan Rahmawati E, 2010).
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri 10  soal pertanyaan penilaian dengan menggunakan skala Gutman dengan skor tertinggi 2 dan skor terendah 1.
a)      skor tertinggi  x  jumlah kuisioner = 2 x 10           = 20
b)      skor terendah x jumlah kuisioner    = 1x 10            = 10

c)      jumlah skor tertinggi + jumlah skor terendah        
                                2
= 20 + 10            
         2
= 30/2                  
= 15
   Kriteria objektif
a.       cukup      : jika jumlah yang diperoleh ≥ 15
b.      kurang    : jika jumlah skor yang diperoleh ≤ 15
BAB IV

METODE PENELITIAN


A.    Jenis dan Metode penelitian
Desain penelitian digunakan deskriptif  kuantitatif  yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar.
B.     Lokasi dan Waktu penelitian
1.      Tempat                 : Penelitian ini akan dilakukan di RSKDIA Siti  Fatimah  Makassar.                 
2.      Waktu Penelitian  :  Penelitian ini akan dilakukan bulan Juni  Tahun       2015
C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat A A, 2014). Populasi dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah semua ibu nifas yang menyusui pada hari pertama dan hari kedua di RSKDIA Siti Fatimah Makassar.



2.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dan dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat A A, 2014).
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan.
a.       sampling
Penelitian ini menggunakan Nonprobability sampling dengan metode sampling aksidental  yaitu cara pengambilan yang akan di lakukan dengan kebetulan bertemu. . (Hidayat A A, 2014).
b.      Kriteria sampel
1.      Kriteria inklusi merupakan Kriteria yakni subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat A A, 2014). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :
a.       Post partum hari 1 dan hari ke 2
b.      Post partum yang bersedia menjadi responden
2)      kriteria eksklusi merupakan kriteria yakni subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat A A, 2014). Kriteria eksklusi yakni sebagai berikut :
a.       post partum yang tidak bisa baca dan menulis
b.      post partum yang tidak bersedia menjadi responden.
D.    Cara pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat A A A, 2014). Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain :
1.      Angket /Kuesioner
Angket atau questionnaire merupakan cara pengumpulan data berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini dengan mengacu pada parameter yang dibuat oleh peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan (Hidayat A A, 2014).
2.      Skala Gutman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tidak,positif  dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Gutman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala likert (Hidayat A A, 2014).
E.     Langkah Pengolahan Data
dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.      Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau di kumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat A A A, 2014).
2.      Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variebel (Hidayat A A A, 2014).
3.      Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat A A A, 2014).


4.      Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analiss, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak di analisis (Hidayat A A A, 2014).
F.     Etika Penelitian
Menurut  Hidayat A A A (2014) bahwa Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah :
1.      Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2.      Tanpa Nama (Anonim)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.
3.      Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat A A A, 2014).












BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil penelitian
1.      Karakteristik Responden
Setelah dilakukan pengumpulan data dapat diketahui karakteristik responden yang meliputi
a.       Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Ruang PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015

Kelompok Umur
(Tahun)
Frekuensi
(n)
Presentase
 (%)
15-20 tahun
3
10,0
21-35 tahun
21
70,0
36-45 tahun
6
20,0
Jumlah
30
100,0
                       

                  
              Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden menunjukan bahwa umur yang paling banyak berada pada umur 21-35 tahun yaitu 21 responden (70,0%), yang paling sedikit berada pada umur 15-20 tahun  yaitu 3 responden (10,0%) dan pada umur 35-45 tahun yaitu 6 responden (20,0%).



b.      Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015

Kelompok Pendidikan Terakhir
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
SD
8
26,7
SLTP
7
23,3
SMA
13
43,3
PERGURUAN TINGGI
2
6,7
Jumlah
30
100,0

       Berdasarkan tabel 5.2 dari 30 responden menunjukan bahwa pendidikan terakhir yang paling banyak berada pada pendidikan SMA yaitu 13 responden (43,3%), yang paling sedikit berada pada pendidikan terakhir SD yaitu 8 responden (26,7%) dan pada pendidikan terakhir perguruan tinggi yaitu 2 responden (6,7%).
c.       Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan  di PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015

Kelompok Pekerjaan
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Ibu rumah tangga
29
96,7
Swasta
1
3,3
Total
30
100,0

       Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 responden menunjukan bahwa pekerjaan yang paling banyak berada pada pekerjaan inu rumah tangga yaitu 29 responden (96,7%) dan yang paling sedikit berada pada pekerjaan swasta yaitu sebanyak 1 responden (3,3%).

d.      Karakteristik responden menurut pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi di PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Kurang
8
26,7
Cukup
22
73,3
Total
30
100,0






       Berdasarkan  tabel 5.4 dari 30 responden menunjukan bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi yang paling banyak  pada pengetahuan cukup yaitu 22 responden (73,3%) dan yang paling sedikit pada pengetahuan kurang yaitu 8 responden (26,7%).

B.     Pembahasan
            Neonatus adalah orgasme pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal neonatal adalah 28 hari (Wahyuni S, 2013).
          Menurut Wawan A dan M dewi (2011), pengetahuan merupakan hasil “ tahu”  dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intesitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang ibu menyusui adalah pengetahuan tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
          Menyusui adalah keterampilan yang di pelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi (Mulyani N S, 2013).
          Menurut Maryunani A (2012) Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan. Manfaat kolostrum adalah sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan, mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama glubulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi dan juga mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Kristiyanasari W, 2011).
          Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar dapat di kategorikan pengetahuan cukup sebanyak 22  responden (73,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (26,7%). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berpengetahuan cukup sebanyak 22 responden (73,3%).
          Menurut Wawan A dan M dewi (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan pada seseprang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Berdasarkan penelitian pendidikan terakhir  responden paling besar adalah SMA yaitu 13 responden (43,3%). Pendidikan juga diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Status ekonomi menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
          Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu 29 responden (96,7%). Semakin bertambah umur akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 21-35 tahun yaitu 23 responden (70,0%).
          Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian kolostrum pada bayi penting bagi ibu dan bayinya karena pengetahuan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian kolostrum pada bayi dan juga kolostrum sangat penting perkembangan dan pertumbuhan bagi bayi.

C.    Keterbatasan penelitian
1.      Kendala penelitian
        Kendala yang dihadapi peneliti pada saat melakukan penelitian adalah tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan setiap responden memiliki waktu luang yang berbeda dalam menjawab kuesioner.
2.      Kelemahan/ Keterbatasan
a.       Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi saja.
b.      Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
















BAB VI
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar dalam kategori cukup sebanyak 22 responden (73,3%)
2.      Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar dalam kategori kurang sebanyak 8 responden (26,7%).
B.     Saran
1.      Ibu nifas dan masyarakat
            Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, mencari informasi melalui media masa dan elektronik dan dapat menerapkan pemberian kolostrum pada bayi setelah persalinan
2.      RSKDIA Siti Fatimah
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian KIE tentang Kolostrum sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam pemberian ASI pertama (kolostrum)
3.      Institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah atau melengkapi sumber bacaan khususnya tentang ASI pertama (kolostrum)
4.      Tenaga kesehatan (Bidan)
Diharapkan memberikan penyuluhan tentang ASI pertama (kolostrum) pada ibu secara dini sehingga pengetahuan ibu baik dan dapat menerapkan pemberian ASI pertama (kolostrum)
5.      Peneliti selanjutnya
            Diharapkan peneliti selanjutnya mengadakan penelitian dengan metode yang berbeda, mengembangkan variabel penelitian dan kuisioner sehingga dapat hasil yang lebih baik.