BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pada
waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik.
Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke
kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga mebutuhkaan asuhan
yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik
(Muslihatum W N, 2010).
Pertumbuhan
dan perkembangan bayi sebagian ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh,
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.
Selain itu ASI juga muda dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi berkualitas
tinggi yang berguna untuk pertumbuhan kecerdasan bayi/anak (Maryunani A, 2012).
Pada
awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Pada hari
pertama pada kondisi normal produksi kolostrum sekitar 10-100 cc dan terus
meningkat setiap hari sampai sekitar 150-300 ml/24 jam (Astutik R Y, 2014).
Perlu
diketahui kolostrum tidak dapat di produksi secara sintetis. Menyusui atau
tidak menyusui kolostrum tetap ada. Kolostrum mensuplai berbagai faktor
kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan
kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Proverawati A dan Rahmawati
E, 2010).
Adanya
berbagai penyakit degeneratif (keturunan) dan infeksi yang menyerang manusia
adalah disebabkan oleh lemahnya sistem imunitas tubuh. Penelitian secara medis
menunjukan bahwa kolostrum mempunyai faktor imunitas yang kuat (immunoglobulin,
lactoferin, lactalbumin, Glycoprotein, Cytokines dan lain-lain) yang membantu
melawan virus, bakteri, jamur,alergi dan toksin (Proverawati A dan Rahmawati E,
2010).
Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan bahwa masalah ASI dianggap sebagai suatu hak asasi. Hak
untuk hidup (kelangsungan hidup) dan mendapatkan makanan yang berstandar emas
di mulai dari inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI
setelah bayi 6 bulan, dan ASI sampai bayi berusia 2 tahun tidak hanya itu IMD
juga dapat menurunkan 22% kematian bayi baru lahir dan menurunkan angka
kematian ibu akibat pendarahan setelah melahirkan. Bayi yang mendapat ASI lebih
jarang menderita penyakit kanker anak (leukimia), 16,7% kali lebih jarang
pneumonia dan sekitar 47% lebih jarang menderita diare (Maryunani A, 2012).
Berdasarkan
survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, bahwa cakupan ASI
eksklusif (pemberian air susu ibu kepada bayi sampai dengan usia 4 bulan) di
indonesia baru mencapai 52% dari yang ditetapkan sebesar 80% pada tahun 2015.
Meskipun pencapaian tersebut lebih baik di Brazil bila dibandingkan dengan Cuba
yang telah mencapai 72% pada tahun 1996 (Anik Maryunani, 2012). Sedangkan
menurut SDKI tahun 2002-2003, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai
usia empat bulan hanya 55% dan sampai usia 6 bulan sebesar 39,5%, padahal target
indonesia sehat 2010 sebesar 80%, bayi diberi ASI eksklusif sampai 6 bulan (Maryunani
A, 2012).
Menurut
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes tahun 2003 menyatakan bahwa pemberian
ASI pada 30 menit pertama bayi baru lahir hanya 8,3%, 4-36% pada satu jam
pertama bayi baru lahir, 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama (Maryunani
A, 2012)
pada
puncak peringatan pekan ASI sedunia, di jakarta 8 agustus 2010, ibu negara
menyebutkan laporan dari Menkes, bahwa kesadaran masyarakat memberikan ASI
kepada bayinya menunjukan grafik yang meningkat. Sepanjang tahun 2004-2008,
cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan meningkat dari 58,9% menjadi 62,2%.
Namun setelah itu grafik tidak mengalami peningkatan, bahkan cenderung menurun
(Maryunani A, 2012)
Kategori proses bayi mulai mendapat
air susu ibu (ASI) menurut Riskedas 2013 adalah kurang dari 1 jam (inisiasi
menyusui dini/IMD),antara 1 sampai 6 jam, 7 sampai 23 jam, 24 sampai 47 jam dan
sama dengan atau lebih dari 47 jam (profil kesehatan indonesia 2013). Hasil
Riskesdas 2013 menyatakan bahwa presentase proses mendapat ASI kurang dari 1
jam (inisiasi menyusui dini) pada anak umur 0-23 bulan di indonesia pada tahun
2013 sebesar 34%. Presentase proses mulai mendapat ASI antar 1-6 jam sebesar
35,2%, presentase proses mulai mendapat ASI antara 7-23 jam sebesar 3,7%,
sedangkan presentase proses mulai mendapat ASI antara 24-27 jam sebesar 13,0%
dan presentase proses mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7% (profil
kesehatan indonesia, 2013). Presentase proses mulai mendapat ASI kurang dari 1
jam (inisiasi menyusui dini) tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar
52,9% diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar 44,9% dan Sumatra Barat sebesar
44,2% (profil kesehatan indonesia, 2013). inisiasi menyusu dalam 1 hari pertama
akan mengurangi kematian neonatus 22% (terlihat dari bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir. Kontak kulit setidaknya 1 jam, sehingga 22% kematian bayi
dapat diselamatkan) (Maryunani A, 2012).
presentase
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah puskesmas se-kota
makassar tahun 2013 sebesar 67,8% meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 36,8%
(Profil Kesehatan Kota Makassar, 2013).
Berdasarkan data di RSKDIA IBU DAN ANAK
SITI FATIMAH MAKASSAR 2012- 2013 jumlah
bayi lahir sebanyak 8.090 bayi, tahun
2014 sebanyak 3.314 bayi sedangkan jumlah bayi yang menetek pada tahun
2012-2013 sebanyak 5.959 bayi,pada tahun 2014 sebanyak 2.484 dan dari hasil survey awal yang dilakukan
peneliti kepada 1 orang pasien post partum di RSKDIA Siti Fatimah makassar,di
mana pasien tersebut tidak memberikan
kolostrumnya pada hari hari pertama setelah melahirkan tetapi membuangnya kemudian
memberikan ASI pada bayinya setelah hari ketiga setelah melahirkan. Berdasarkan
hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di
RSKDIA Siti Fatimah Makassar”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang
Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di RSKDIA Siti Fatimah Kota Makassar”
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu
Menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di RSKDIA Siti
Fatimah tahun 2015.
2.
Tujuan khusus
a.
Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu
menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi Di RSKDIA pada
tingkat pengetahuan baik.
b.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostum pada bayi Di RSKDIA Siti Fatmah
makassar pada tingkat pengetahuan kurang.
D. Manfaat peneliti
1.
Manfaat ilmiah
Sebagai
salah satu pengalaman atau informasi sebagai tenaga bidan Di RSKDIA siti
fatimah makassar khususnya tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya
pemberian kolostrum pada bayi.
2.
Manfaat institusi
Sebagai
bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa D III kebidanan
untuk penulisan proposal selanjutnya terutama tentang tingkat pengetahuan ibu
menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
3.
Manfaat peneliti
Dapat
memberikan wawasan yang lebih luas serta memberikan gambaran sedekat mungkin
melalui pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi dan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar ahli madya kebidanan (Amd.Keb).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
umum tentang neonatus
1. Pengertian
neonatus
Neonatus
adalah orgasme pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal neonatal adalah 28 hari (Wahyuni
S, 2013).
masa
neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran.
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah
lahir. Sedangkan neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 7-28 hari (Muslihatum W N, 2010).
2. Ciri-ciri neonatus
Menurut Dewi, V.N (2010) bahwa ciri-ciri neonatal atau
bayi baru lahir antara lain :
a. Lahir
aterm antara 37-42 minggu
b. Berat
badan 2.500-4.000
c. Panjang
badan 48-52 cm.
d. Lingkar
dada 30-38 cm.
e. Lingkar
kepala 33-35 cm.
f. Lingkar
lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit
h. Pernapasan
± 40-60 x/menit
i.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena
jaringan subkutan yang cukup
j.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala biasanya telah sempurna
k. Kuku
agak panjang dan lemas
l.
Nilai apgar >7
m. Bayi
lahir langsung menangis kuat
3. Penatalaksanaan
neonatus
Menurut Wahyuni S (2013) penatalaksanaan neonatus
atau biasa disebut juga dengan bayi baru lahir antara lain :
a. Membersihkan
jalan napas sekaligus menilai apgar menit pertama
b. Mengeringkan
badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain halus
c. Memotong
dan mengikat tali pusat dengan memerhatikan teknik antiseptik sekaligus menjadi
skor apgar pada menit kelima
d. Mempertahankan
suhu tubuh bayi
e. Membersihkan
badan bayi
f. Memberi
obat untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata
g. Melaksanakan
pemeriksaan kesehatan bayi
h. Memasang
pakaian bayi
i.
Menjelaskan pentingnya memberikan ASI
sedini mungkin.
B.
Tinjaunan
Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini
terjadi setelah seseorang mengadakan pengindraan terhadapa suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intesitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2. Tingkat
pengetahuan
Menurut Wawan A dan M
Dewi (2011) pengtahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai enam
tingkat yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” ini adlaaah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya (Wawan A dan M Dewi,
2011).
b. Memahami (comprehention)
Memahami
artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari (Wawan A dan M Dewi, 2011).
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi apapun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain (Wawan A dan M Dewi, 2011).
d. Analisis
(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain (Wawan
A dan M Dewi, 2011).
e.
Sintesis (syntesis)
Sintesis yang dimaksud
menunjukan pada suatu, kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemaampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada
(Wawan A dan M Dewi, 2011).
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Wawan A
dan M Dewi, 2011).
3.
Cara memperoleh pengetahuan
Cara
memperoleh pengetahuan yang dikutip dari notoadmojo, 2003:11 dalam Wawan A dan
M Dewi (2011) adalah sebagai berikut :
a.
Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara
coba salah (Trial and error)
Cara ini telah
dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan mengunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Wawan A dan M
Dewi, 2011).
2) Cara
kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara
ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli
agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji
terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri (Wawan A dan M Dewi, 2011).
3) Berdasarkan
pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu (Wawan A dan M
Dewi, 2011).
b. Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih popular
atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
francis bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal
dengan penelitian ilmiah (Wawan A dan M Dewi, 2011).
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor
internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang terhadapa perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang di
kutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan A dan M Dewi, 2011).
3) Umur
Menurut Elisabeth BH
yang di kutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan A dan M Dewi, 2011).
b. Faktor
Eksternal
1. Faktor
Lingkungan
Menurut Ann.Mariner
yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang
ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok (Wawan A dan M Dewi, 2011).
2. Sosial
Budaya
Sistem sosial budaya
yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
(Wawan A dan M Dewi, 2011).
5. Kriteria
tingkat pengetahuan
Menurut Wawan A dan M
Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik
: hasil presentase 76%-100%
b. Cukup
: hasil presentase 56%-75
c. Kurang
: hasil presentase >56%
C.
Tinjauan
Umum Tentang Pentingnya Pemberian
Kolostrum Pada Bayi
1. Pengertian
menyusui
Menyusui
adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan
waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutirisi pada bayi (Mulyani N S, 2013).
2. Manfaat
Menyusui
a. Bagi
ibu
Menurut Proverawati A dan Rahmawati E (2010) bahwa keutungan bagi ibu menyusui antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Ibu
tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (bisa dipakai sebagai KB
alami)
2) Uterus
akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses pemulihan rahim
untuk persiapan kehamilan kembali
3) Mempercepat
proses pembentukan tubuh ke ukuran semula
4) Murah,
lebih mudah, lebih ramah lingkungan
5) Ibu
dapat melakukan di mana saja, bahkan jika tidak ada air di sekitar
6) Memberikan
kesenangan dan kepuasan bagi ibu
b. Bagi
bayi
Menurut Atikah
proverawati dan Eni rahmawati manfaat bagi bayi adalah antara lain sebagai
berikut :
1) Memberikan
kehangatan dan kenyamanan bayi
2) Membantu
mengembangkan rahang dan otot wajah
dengan benar
3) Mudah
dicerna
4) Meningkatkan
barat badan bayi
5) Benar-benar
memberi gizi lengkap untuk tahun pertama kehidupan dan suplemen solids ke bayi
c. Bagi
negara
menurut Muliyani N S (2013) bahwa maanfaat nagi
negara antara lain :
1) Menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi
2) Menghemat
devisa negara
3) Mengurangi
subsidi untuk rumah sakit
4) Peningkatan
kualitas generasi penerus
3. Mekanisme
menyusui
Menurut Nugroho T
(2011) Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik,yang diperlukan untuk Berhasilnya
menyusui seperti :
a. Refleks
mencari (Rooting reflekx)
Payudara ibu menempel
pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan
refleks mencari pada bayi.
b. Refleks
mengisap (Sucking reflekx)
Teknik menyusui yang
baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya ke dalam mulut
bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya
besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus
laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu.
c. Refleks
menelan (Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar
dari puting susu,akan disusul dengan gerakan mengisap (teakanan negatif) yang
ditimbulkan oleh otot-otot pipi,sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan di teruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
4. Cara
menyusui yang benar
Menurut Maryunani A (2012) bahwa ada beberapa cara
menyusui yang baik dan benar, antara lain :
a. Posisi ibu santai (duduk/berbaring)
b. Badan
bayi menempel pada perut ibu
c. Dagu
bayi menempel pada payudara
d. Telinga
dan lengan bayi berada dalam satu garis
e. Pegang
bagian bawah payudara dengan 4 jari, ibu jari diletakan di bagian atas payudara
f. Puting
susu dan sebagian besar areola besar areola masuk ke mulut bayi
g. Perhatikan
kebersihan tangan dan puting susu.
h. Perhatikan
kebersihan tangan dan puting susu.
5. ASI
pertama (kolostrum)
a. Pengertian
kolostrum
Kolostrum merupakan cairan pertama kali
disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum
dan segera sesudah melahirkan (Maryunani A, 2012).
Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi
protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang
tinggi daripada ASI matur. Selain itu , kolostrum masih mengandung rendah lemak
dan laktosa (Nugroho T, 2011).
Kolostrum adalah air susu yang pertama
kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama
sampai hari ke empat pasca persalinan (Maritalia D, 2012).
b.
Komposisi kolostrum
Menurut
Maritalia D (2012) bahwa komposisi kolostrum antara lain :
Tabel
2.1 komposisi kolostrum
Kandungan
|
Kolostrum
|
Energi
(Kg Kla)
|
57,0
|
Laktosa
(gr/100 ml)
|
6,5
|
Lemak
(gr/100 ml)
|
2,9
|
Protein
(gr/100 ml)
|
1,195
|
Mineral
(gr/100 ml)
|
0,3
|
Imunoglobulin
:
Ig
A (mg/100 ml)
Ig
G (mg/100 ml)
Ig
M (mg/100 ml)
Lisosim
(mg/100 ml)
Laktoferin
|
3335,9
5,9
17,1
14,2-16,4
420-520
|
c. Manfaat
kolostrum
Menurut Kristiyanasari W, (2011) khasiat dari
kolostrum antara lain :
1. Sebagai
pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima
makanan.
2. Mengandung
kadar protein yang tinggi terutama gama glubulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3. Mengandung
zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit
infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
d. Refleks
yang berperan dalam pembentukan kolostrum
Menurut Maryunani A
(2012), ada 2 refleks yang berperan dalam pembentukan kolostrum atau air susu
antara lain :
1. Refleks
prolaktin (produksi ASI)
Akhir kehamilan hormon
prolaktin memegang peranan penting untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masig tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susus dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
2. Refleks
aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan
pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
ispaan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu tang telah
terbuat, keluar alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi (Maryunani A, 2012).
BAB
III
KERANGKA
KONSEP
A.
Dasar
pemikiran variabel
Dasar
dari teori penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi. Kita telah
mengetahui bahwa Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri (Wawan A dan M Dewi, 2011).
Kita
telah mengetahui bahwa sangat banyak manfaat dari menyusui
yaitu
antara lain manfaat bagi ibu, mungkin ibu tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan dengan
cara menyusui bisa dipakai sebagai KB alami sedangkan bayi yang medapatkan ASI
dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi (Proverawatu A dan Rahmawati E,
2010).
Sedangkan
Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan
duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan. (Maryunani
A, 2012). Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka peneliti ingin mengetahui
Gambaran Pengetahuan Ibu menyusui Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada
Bayi sehingga dapat di gambarkan kerangka konsep sebagai berikut :
B.
Hubungan
Antara Variabel
Pengetahuan ibu menyusui
|
Pemberian kolostrum pada bayi
|
Keterangan
:
:
garis penghubung
:
variabel independen
: variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka konsep
C. Identifikasi Variabel
a.
Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel independen merupakan variabel
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya dependen (terikat). Variabel ini
juga dikenal dengan nama variabel dalam mempengaruhi lain, variaebel ini punya
nama lain seperti variabel prediktor, risiko atau kausa (Hidayat A A, 2014).
Dilihat
pada hubungan antar variabel di atas, yang meliputi variabel independen yaitu
pengetahuan ibu menyusui.
b.
Variabel Dependen (Variabel terikat)
Variabel dependen ini merupakan yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas. Variabel bebas ini bergantung pada variabel bebas terhadap
perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome atau
event (Hidayat A A, 2014).
Dilihat
pada hubungan antar variabel di atas, yang meliputi variabel dependen yaitu
pemberian kolostrum pada bayi.
D. Definisi operasional dan kriteria
objektif
Defenisi
operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Definisi operasional didapatkan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian. Sementara cara pengukuran merupakan cara yaitu variabel dapat
diukur dan ditentukan karakteristiknya. (Hidayat A A, 2014).
Adapun definisi operasional dan kriteria
objektif pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau di
pahami oleh ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
Tingkat pengetahuan ini diketahui melalui jawaban yang dikemukakan oleh
responden dengan cara pengisian kuesioner (Wawan A dan M Dewi, 2011).
b. Pemberian
kolostrum pada bayi
Kolostrum adalaah kosentrasi tinggi
karbohidrat, protein dan zat kebal tubuh. Zat kebal yang ada antara lain adalah
: IgA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi baru lahir
memang tidak mudah mencerna lemak (Proverawati A dan Rahmawati E, 2010).
Alat
ukur yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri 10 soal pertanyaan penilaian dengan menggunakan
skala Gutman dengan skor tertinggi 2 dan skor terendah 1.
a) skor
tertinggi x jumlah kuisioner = 2 x 10 = 20
b) skor
terendah x jumlah kuisioner = 1x 10 = 10
c) jumlah skor tertinggi +
jumlah skor terendah
2
= 20 + 10
2
=
30/2
=
15
Kriteria objektif
a. cukup : jika jumlah yang diperoleh ≥ 15
b. kurang : jika jumlah skor yang diperoleh ≤ 15
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
dan Metode penelitian
Desain
penelitian digunakan deskriptif kuantitatif
yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui
Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah
Makassar.
B.
Lokasi
dan Waktu penelitian
1. Tempat :
Penelitian ini akan dilakukan di RSKDIA Siti
Fatimah Makassar.
2. Waktu
Penelitian : Penelitian ini akan dilakukan bulan Juni Tahun
2015
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat A A, 2014). Populasi
dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah semua ibu nifas yang menyusui
pada hari pertama dan hari kedua di RSKDIA Siti Fatimah Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dan dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Hidayat A A, 2014).
Sampel
pada penelitian ini adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang
telah ditentukan.
a. sampling
Penelitian ini menggunakan Nonprobability sampling dengan metode sampling
aksidental yaitu cara pengambilan yang
akan di lakukan dengan kebetulan bertemu. . (Hidayat A A, 2014).
b. Kriteria
sampel
1. Kriteria
inklusi merupakan Kriteria yakni subjek penelitian dapat mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat A A, 2014). Kriteria inklusi pada
penelitian ini yaitu :
a. Post
partum hari 1 dan hari ke 2
b. Post
partum yang bersedia menjadi responden
2) kriteria
eksklusi merupakan kriteria yakni subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat A A, 2014). Kriteria eksklusi yakni
sebagai berikut :
a. post
partum yang tidak bisa baca dan menulis
b. post
partum yang tidak bersedia menjadi responden.
D.
Cara
pengumpulan data
Pengumpulan
data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam
penelitian (Hidayat A A
A, 2014). Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur
pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian alat ukur pengumpulan
data tersebut antara lain :
1. Angket
/Kuesioner
Angket atau questionnaire merupakan cara pengumpulan
data berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini
digunakan bila responden jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang
dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini
dengan mengacu pada parameter yang dibuat oleh peneliti terhadap penelitian yang
akan dilakukan (Hidayat
A A,
2014).
2. Skala
Gutman
Skala ini merupakan
skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas
seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tidak,positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar
dan salah. Skala Gutman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya
1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala
likert (Hidayat A A, 2014).
E.
Langkah
Pengolahan Data
dalam proses pengolahan
data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut :
1.
Editing
Editing adalah upaya
untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau di kumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul
(Hidayat A A A, 2014).
2.
Coding
Coding merupakan
kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga
daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variebel (Hidayat A A A, 2014).
3.
Data
entry
Data entry adalah
kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan
membuat tabel kontigensi (Hidayat A A A, 2014).
4. Melakukan
teknik analisis
Dalam melakukan
analiss, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik
terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak di analisis (Hidayat A A A,
2014).
F.
Etika
Penelitian
Menurut
Hidayat A A A (2014) bahwa Masalah etika
penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,
mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan
antara lain adalah :
1.
Informed
consent
Informed
consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak pasien.
2.
Tanpa Nama (Anonim)
Masalah etika kebidanan
merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan di sajikan.
3.
Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika
dengan memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat A A A, 2014).
BAB
V
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
penelitian
1. Karakteristik
Responden
Setelah
dilakukan pengumpulan data dapat diketahui karakteristik responden yang
meliputi
a. Karakteristik
responden berdasarkan umur
Tabel
5.1
Distribusi
Frekuensi Responden Menurut Umur di Ruang PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar
Tahun 2015
Kelompok
Umur
(Tahun)
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
15-20 tahun
|
3
|
10,0
|
21-35 tahun
|
21
|
70,0
|
36-45 tahun
|
6
|
20,0
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 5.1 dari 30 responden menunjukan bahwa umur yang paling banyak berada
pada umur 21-35 tahun yaitu 21 responden (70,0%), yang paling sedikit berada
pada umur 15-20 tahun yaitu 3 responden
(10,0%) dan pada umur 35-45 tahun yaitu 6 responden (20,0%).
b.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di
PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015
Kelompok
Pendidikan Terakhir
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
SD
|
8
|
26,7
|
SLTP
|
7
|
23,3
|
SMA
|
13
|
43,3
|
PERGURUAN
TINGGI
|
2
|
6,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 5.2 dari 30 responden menunjukan bahwa pendidikan terakhir yang paling
banyak berada pada pendidikan SMA yaitu 13 responden (43,3%), yang paling
sedikit berada pada pendidikan terakhir SD yaitu 8 responden (26,7%) dan pada
pendidikan terakhir perguruan tinggi yaitu 2 responden (6,7%).
c. Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan
Tabel
5.3
Distribusi
Responden Menurut Pekerjaan di PNC
RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015
Kelompok Pekerjaan
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
Ibu rumah tangga
|
29
|
96,7
|
Swasta
|
1
|
3,3
|
Total
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 responden
menunjukan bahwa pekerjaan yang paling banyak berada pada pekerjaan inu rumah
tangga yaitu 29 responden (96,7%) dan yang paling sedikit berada pada pekerjaan
swasta yaitu sebanyak 1 responden (3,3%).
d. Karakteristik
responden menurut pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian
kolostrum pada bayi
Tabel
5.4
Distribusi
Responden Menurut Pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian
kolostrum pada bayi di PNC RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2015
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pentingnya
Pemberian Kolostrum Pada Bayi
|
Frekuensi
(n)
|
Presentase
(%)
|
Kurang
|
8
|
26,7
|
Cukup
|
22
|
73,3
|
Total
|
30
|
100,0
|
Berdasarkan tabel 5.4 dari 30 responden menunjukan bahwa
pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi yang
paling banyak pada pengetahuan cukup
yaitu 22 responden (73,3%) dan yang paling sedikit pada pengetahuan kurang
yaitu 8 responden (26,7%).
B.
Pembahasan
Neonatus
adalah orgasme pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal neonatal adalah 28 hari
(Wahyuni S, 2013).
Menurut Wawan A dan M
dewi (2011), pengetahuan merupakan hasil “ tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat di pengaruhi oleh intesitas perhatian persepsi terhadap obyek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Salah
satu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang ibu menyusui adalah
pengetahuan tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.
Menyusui adalah keterampilan yang di
pelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk
pemenuhan nutrisi pada bayi (Mulyani N S, 2013).
Menurut Maryunani A (2012) Kolostrum
merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung
tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari
kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan. Manfaat kolostrum
adalah sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makanan, mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama
glubulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi dan juga
mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai
penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Kristiyanasari W, 2011).
Berdasarkan
hasil penelitian di dapatkan gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang
pentingnya pemberian kolostrum pada bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar dapat
di kategorikan pengetahuan cukup sebanyak 22
responden (73,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (26,7%). Berdasarkan
hasil penelitian sebagian besar responden berpengetahuan cukup sebanyak 22
responden (73,3%).
Menurut Wawan A dan M dewi (2011)
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan dan sosial budaya. Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan pada
seseprang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Berdasarkan penelitian pendidikan terakhir responden paling besar adalah SMA yaitu 13
responden (43,3%). Pendidikan juga diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Status
ekonomi menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan merupakan seluruh kondisi
yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku orang atau kelompok. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian pekerjaan
responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu 29 responden (96,7%).
Semakin bertambah umur akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Sebagian besar
responden dalam penelitian ini berusia 21-35 tahun yaitu 23 responden (70,0%).
Berdasarkan
hasil penelitian, sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang
pentingnya pemberian kolostrum pada bayi. Pengetahuan ibu menyusui tentang
pemberian kolostrum pada bayi penting bagi ibu dan bayinya karena pengetahuan
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian kolostrum pada bayi dan juga
kolostrum sangat penting perkembangan dan pertumbuhan bagi bayi.
C. Keterbatasan penelitian
1.
Kendala penelitian
Kendala yang dihadapi peneliti pada saat
melakukan penelitian adalah tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu,
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan setiap responden memiliki waktu
luang yang berbeda dalam menjawab kuesioner.
2.
Kelemahan/ Keterbatasan
a.
Variabel penelitian ini merupakan
variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada gambaran pengetahuan
ibu menyusui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi saja.
b.
Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab
ya atau tidak dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan
secara mendalam.
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui
Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah
Makassar dalam kategori cukup sebanyak 22 responden (73,3%)
2.
Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui
Tentang Pentingnya Kolostrum Pada Bayi di RSKDIA Siti Fatimah Makassar dalam
kategori kurang sebanyak 8 responden (26,7%).
B.
Saran
1.
Ibu nifas dan masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, mencari
informasi melalui media masa dan elektronik dan dapat menerapkan pemberian
kolostrum pada bayi setelah persalinan
2.
RSKDIA Siti Fatimah
Diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian KIE
tentang Kolostrum sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam pemberian ASI
pertama (kolostrum)
3.
Institusi pendidikan
Diharapkan
dapat menambah atau melengkapi sumber bacaan khususnya tentang ASI pertama
(kolostrum)
4.
Tenaga kesehatan (Bidan)
Diharapkan
memberikan penyuluhan tentang ASI pertama (kolostrum) pada ibu secara dini
sehingga pengetahuan ibu baik dan dapat menerapkan pemberian ASI pertama
(kolostrum)
5.
Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya
mengadakan penelitian dengan metode yang berbeda, mengembangkan variabel
penelitian dan kuisioner sehingga dapat hasil yang lebih baik.